renpuspita's reviews
1358 reviews

Setelah Pemakaman - After the Funeral by Agatha Christie

Go to review page

mysterious tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Pas tahu siapa pelakunya cuma bisa bilang  "ASTAGA, DIA? YANG BENER AJAAA??"

Dan terjadi lagi dimana Ren gagal menebak siapa pelaku pembunuhan :3

Setelah bulan lalu baca Pembunuhan ABC (aka The ABC Murders), gue memutuskan untuk membaca After the Funeral tepat pada perayaan hari kelahiran Dame Agatha Christie di tanggal 15 September. Kenapa milih judul ini? Alasan lainnya sih karena buku ini dibaca juga untuk reading challenge di SG jadi ya sekalian lah. Kalau baca - baca review, kayaknya banyak yang kurang puas karena porsi Poirot kurang banyak. Walau gue akuin iya dan Poirot sendiri malah baru ada setelah 100 halaman buku, toh tetep gue akuin deduksi Poirot dalam menebak pelaku sangat luar biasa.

Keluarga Abernethie baru saja berkabung karena kepala keluarga, Richard Abernethie meninggal tapi dengan mewariskan harta yang cukup banyak. Proses pemakaman yang harusnya syahdu malah jadi gaduh waktu adik Richard, Cora Lansquenet bilang kalau Richard dibunuh! Eh, besoknya Cora ditemukan mati dibunuh sama kapak. Sadis banget! Tapi pengacara keluarga Abernethie, Mr Entwhistle jadi menduga - duga, apa ada hubungannya antara kematian Cora dengan celetukannya pada saat pemakaman Richard? Saat itulah pembaca dibawa mengenali anggota keluarga Abernethie, yang mayoritas adalah kemenakan Richard yaitu George, Susan dan suaminya yang bernama Gregory lalu ada Rosamund dengan suaminya yg bernama Michael; adik iparnya yang bernama Helen; serta adik laki - laki satu - satunya yang tersisa bernama Timothy dan istrinya, Maude yang sangat keibuan. Tentunya bukan Agatha Christie kalau ga bikin karakter banyak. Ada juga Miss Gilchrist yang adalah teman serumah Cora dan ternyata ada yang mengincarnya dengan kue pengantin berisi arsenik. Ada juga pelayan - pelayan di rumah Abernethie, kenalan Cora yang seorang kritikus lukisan bernama Mr Guthrie. Tak lupa tentunya ada pak pulisi inspektur Morton and our dear detective, Hercule Poirot.

Membaca karya Agatha Christie memang membuat gue menduga - duga, red herring apalagi yang diberikan sama Dame Christie yang akan menyesatkan dalam membuat deduksi? Yang jelas, red herringnya termasuk yang luar biasa dan bikin gue saat selesai baca be like "HAAAH???". Ini menurut gue plot twistnya berhasil dalam mengejutkan gue, karena gue jujur ga mikir sampai sana hahaha. Gue terlalu sibuk mencurigai anggota keluarga Abernethie yang semuanya punya motif untuk membunuh baik Richard maupun Cora (karena masalah warisan!) sampai gue kelewatan beberapa hal - hal. Hint - hint yang disebar Dame Christie (termasuk juga cover dari edisi yang gue baca!) baru akan masuk akal setelah selesai baca. Gue hanya bisa ketawa miris karena, oh kemampuan deduksi gue sangat kurang!

After the Funeral kental akan vibes keluarga disfungsional yang bikin gue keingat film Knives Out. Atau bisa dibilang Rian Johnson bikin Knives Out ya mungkin terinspirasi salah satunya dari judul ini. Semua anggota keluarga Abernethie yang tersisa hampir ga ada yang personalitinya bisa dikagumi, kecuali mungkin Helen. Tapi Helen pun ternyata menyembunyikan rahasianya. Mungkin yang bikin gue terganggu adalah Cora yang berkali - kali dibilang tolol dan bodoh. Sexisme di buku ini emang cukup kental, apalagi dari mayoritas karakter - karakter prianya. Setting bukunya sendiri di tahun 1950-an, jadi ada beberapa komentar sosial terutama terkait pajak. Tapi bagian itu ga terlalu gue perhatikan.

Buku ini emang walau menurut gue twistnya mantap, tapi penceritaannya muter - muter dan mbulet. Ga cocok kalau kamu ga sabaran bacanya! Tapi seperti yang gue bilang sebelumnya, Poirot itu selain deduksinya luar biasa, kemampuan observasinya juga ga bisa diremehkan, karena dia bisa menebak hanya dari penyelidikan orang lain dan juga saat dia menginterogasi anggota keluarga Abernethie. Menjalin benang merah dari petunjuk - petunjuk yang awalnya terlihat random dan bahkan ga kepikiran sama gue sama sekali! Pada akhirnya, seperti apa yang dipikirkan Mr Entwhistle, apakah pembunuhan itu harus berarti? Dan tipe pembunuh yang seperti apa yang membunuh Richard dan Cora dengan dingin? Jawabannya adalah, baca aja buku ini! XD 

Expand filter menu Content Warnings
Deadly Summer Nights by Vicki Delany

Go to review page

mysterious relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

3.75

Deadly Summer Nights is the first book from Catskill Summer Resort Mystery and also the first Vicki Delany book I've ever read. Buy the book because, yeah I know, I'm a sucker for a good cover, lel. The setting itself is pretty unique, since happen in the summer resort in Catskill at 1953. If you know about that year, then you know that USA is in Cold War with Russia, so the Cold War aspect kinda play a little bit part for the story.

For a cozy mystery, the murderer identity didn't pretty hard to predict. Reading how Delany unfold the mystery surrounding the culprit remind me of one of Dame Agatha Christie's title I'd read. To be specific, The Pale Horse. The way Delany write the culprit's acts were pretty apparent and obvious, I can guess who they are in the middle of the story. The facts that connected between the victim and the culprit kinda affirm my deduction so I can said that the mystery was easy or maybe because I remember The Pale Horse while reading Deadly Summer Night since
both the culprits behave strangely, like pretty much forward with their acts. In this book, with the way they try to blame the victim for a fact that didn't make sense at all


The assembly of characters were solid and I like the heroine, Elizabeth Grady. She is a widow and I like that there was a reason why she remain unmarried. Her relationship with her celebrity mother, Olivia, while not a 100% perfect mother-daughter relationship still show that they love each other with their own way. Olivia believe that Elizabeth will manage the Haggerman's Catskill Resort while Elizabeth try her best to operate the resort and keep the business running. I also like Elizabeth interaction with her employer, such as her best friend, Velvet McNally and one of the swimming instructor named Randy. Although I can't take Velvet name seriously and wonder if Velvet is truly her birth name or just a stage name. What make this book a little bit different is there's no romance between Elizabeth with one of the law enforcement. There's a hint of love interest, come from Richard Kennelwood, son of Kennelwood's owner and make things a little bit awkward because the owner, Jerome, try to sabotage Elizabeth's business in the past.

If there's a thing that didn't sit well with me is the amount of the sexism. I get that Delany try to describe the setting faithfully with the book set in 1953 so we know that back then men often dismissed women's opinion. So, it was frustrating to read the way the cop didn't take Elizabeth's opinion and deduction seriously. Also, the chief keep interrupt Elizabeth when she speak. But, I'm glad with the way the norm at that year work against her, Elizabeth still try to keep her wits. In the end, she also manage to trap the culprit and also bring some people to help her rather than go with the culprit alone. The communist angle is a little bit silly imho, but I understand that in the time of Cold War, the reaction of USA citizen toward communist is met with fear and anger, and Delany describe it very well.

Deadly Summer Nights is a fun summer cozy read and aside from the mysteries aside, you can feel the summer heat and vibes. Together with scandals and gossips among old ladies that follow of course. 

Expand filter menu Content Warnings
Angel Creek by Linda Howard

Go to review page

emotional tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

2.5

Dua kata buat karakter2 cowok di buku ini yaitu dua H. HALU dan HORNY. Tambahan buat si Lucas, GEBLEK.

Itu aja kayaknya udah cukup buat menggambarkan perasaan gue saat baca Angel Creek.

Oke, buku ini emang hisrom bodice ripper banget apalagi tante Linda Howard nulisnya pas tahun 1991. Jadi semua trope bodice ripper diborong sama dia buat Angel Creek ini. Alpha hero yang beneran alphahole dan heroine yang katanya sih mandiri dan berkepribadian keras tapi dikasih kehebatan heronya di ranjang sekali aja langsung bertekuk lutut. Hedeh 🥱. Bahkan adegan ranjang pertama antara sang heroine, Dee Swann dan heronya, Lucas Cochran itu borderline rape 🤬. Lucas maksain diri padahal Dee udah ga mau, tapi akhirnya Dee nyerah juga. Wkwk bener2 bodice ripper at its finest.

Angel Creek sendiri ga cuma berfokus sama Dee dan Lucas, karena ada dua pasangan lain yang juga diceritakan yaitu Olivia Milihan, teman akrab Dee, dengan pasangannya seorang Meksiko bernama Luis Fronteras. Ada juga kisah peternak bernama Kyle Bellamy yang awalnya maksa buat beli lembah Angel Creek punyanya Dee, untuk terus dia dapet HEAnya bersama gadis bar bernama Tillie; yah walau kisah romansa Kyle sama Tillie ini ga banyak. Dari tiga pasangan ini, gue lebih suka kisah Olivia sama Luis, karena meski Luis juga maksain diri tapi dia masih tahu batas dan memberi ruangan sama Olivia dibandingkan Lucas yang main nyosor aja. Bisa dibilang kisah Olivia dan Luis adalah salah satu penyelamat buku ini, karena gue juga suka sama persahabatan antara Olivia dan Dee, serta ada bagian dimana Tillie dan Dee saling kerjasama.

Selebihnya, ya meh semua. Gue ga bisa kasih full 3 bintang karena kelakuan Lucas yang BRENGSEK. Oke, Lucas ngelakuin hal yang bikin Dee marah besar karena dia khawatir sama Dee yang tinggal sendirian di Angel Creek. Tapi Lucas punya hak apa buat mengatur hidup Dee? Bahkan dari adegan ranjang pertama mereka aja Lucas udah kurang ajar dan gue jujur ga paham kenapa Dee ga nolak habis - habisan mengingat harga dirinya sangat tinggi. Iya, iya, gue tahu all that insta-lust dan insta-love, but girl?? Where's your dignity??? Where's your pride??? 🤬. Gue cuma bisa geleng - geleng kepala betapa mudahnya Dee maafin kesalahan besar Lucas padahal pria itu juga yang bikin Dee sempat menderita. Cuma gara - gara dilamar aja. Entah seberapa besar keahlian Lucas di ranjang sampe Dee bertekuk lutut 🙄. I mean, kalau gue jadi Dee, gue bakal minta Lucas groveling bertahun - tahun dan bikin menderita juga sampai nyembah - nyembah, baru gue maafkan 🤣🤣.

Oh ya, terjemahannya sih oke dan enak dibaca. Tapi typonya alamaaak. Mungkin karena namanya hampir sama, suka kebalik-balik nama Lucas dan Luis. Bahkan ada adegan pas Lucas sama Dee, tapi malah yang ada namanya Olivia! Untuk adegan ranjangnya, ya gue akuin hot sih. Tapi gue udah kadung kesel sendiri jadinya beberapa adegan ranjang Lucas sama Dee gue skip wkwk. Kalau yang Luis sama Olivia sih, juara ya. Gue juga ngerasa banyak frasa yang diperhalus buat adegan intimnya tapi tetep bisa dibaca. Untuk yang ga suka sex before marriage, mungkin buku ini bukan buku yang cocok. Buat gue sih mau yang mana aja terserah 😆😆.

Kalau suka hisrom ala bodice ripper awal - awal tahun 90-an, ya mungkin Angel Creek menarik buat dibaca. Tapi jujur lebih bagusan karya - karya Linda Howard yang suspensenya terutama yang isinya pak detektif pulisi hot nan charming kayak Dane Hollister (Dream Man), Sam Donovan (Mr Perfect) atau Jack Russo (Open Season). 

Expand filter menu Content Warnings
Shelter in Place by Nora Roberts

Go to review page

dark emotional inspiring tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

From all Nora Roberts's standalone titles that I'd read (which is..not that many), Shelter in Place might hold the top position. It's not often I read La Nora's book that already punched me in the gut from the get go. Nora Roberts tackle a very heavy and sensitive issue for Shelter in Place, a mass shooting. A problem that I know very well still happen in America despite I don't live there. Sometimes I'm grateful that in Indonesia there's a law that prohibited the citizen to have gun. I can't imagine the chaos, the nightmare and how my country already in chaos right when I write this review. But I don't want to talk about that and instead will review this book.

The start of Shelter in Place is chilled me to the bone, literally give me shiver. The mass shooting happen in DownEast Mall in a fiction city called RockPoint and located in Maine, make everybody's life change especially for the survivor. This book mainly focus to two main characters, Simone Knox, the first 911 caller who lost her best friend and try to forget the shooting event but decide to use art for her escapism. The other is Reed Quartermaine, then a college boy that decide to be a cop after he meet an officer that put down the shooter. Said officer, Essie McVee also one of the main characters although not the main focus and become detective of her own right. All those characters life and fate will intertwined when one of the mass shooting conspirator start to target the life of the survivors.

I like that Roberts didn't hide the identity of the conspirator. The conspirator, Patricia Hobart was a psychopath but what make it disturbing is Patricia just one year below Simone, so in the time of shooting she was barely fifteen (Simone was 16 and Reed was 19). Patricia is a minor, come from abusive father and meek mother but she love her brother dearly, a same brother that become one of the mass shooter. All the mass shooting plan come from Patricia with her genius mind but sick personality. I like that Roberts didn't hold a punch when its come to write a villain. Often I read about morally grey villain or charismatic antihero. Patricia is just PLAIN.BAD.EVIL. There's no redemption for her. Not only psychopath but I believe Patricia have narcissistic personality disorder, shown from the way she taunting Reed with her murder spree and her interview with a journalist in order to show that she was the mastermind of the shooting and killing. I think Roberts successfully make me to not have any sympathy for Patricia because I believe people like her did exist. If there's any pity maybe because it's a waste for Patricia genius mind to be used to kill people, but what do I know?

I like that while Simone and Reed was destined for each other, Roberts give them time to grow and mature. They are also didn't intertwined and interact for almost half of the book although Reed know about Simone because he still keep contact and information about the survivor of DownEast Mall mass shooting. I like that Shelter in Place is pretty much female-centric despite the book focused more to Reed rather than Simone, because the thriller aspect come from the cat and mouse game between Reed and Patricia. Reed become a cop (later Chief in Tranquility Island) because of Essie's influence. He also find himself after almost become one of Patricia's victim (therefore make she obsessed to taunting Reed) after meeting CiCi Lennon, Simone's grandmother. The romance start slow but sure. While Simone might be start as commitment phobic as much like any Robert's heroine and Reed is a hero with charms, Simone didn't play hard to get. I like the way Roberts describe Simone's process in art, especially clay. How Simone try to process her grief in her own way by sculpting clay and also to memorize those who died including her best friend. That part still bring me a little tears. 

The end and the fate of Patricia might be a little too rushed for my taste, especially after all that suspense but I guess we can't have it all. While I praise that the romance didn't start as fast, the joke between Reed and CiCi just come close to comfort, not mention can be too icky, lel, I mean, CiCi basically is Simone's grandma and I know Reed is an easy going man and he feel grateful because CiCi is the one that pulled him from his brooding moment but the joke can be too much sometimes. Aside from that, I don't have complaint. Shelter in Place is pretty much book written for the survivors, although there some dark cloud (named Patricia) that threatened the peace, but the survivors triumph their predicaments. Come back stronger but still memorize those who fall just because some of the teenager have issue with their hatred to the world. A hatred that can be manage if only the adult around them can understand, instead they choose violence that end so many lives.

I will recommend Shelter in Place, if you just dip into Nora Roberts's work (since she have so many of her back list), but I also want you to read this book because of its message. How Roberts can write about grief, survivor guilt and trauma but also manage to write it positively through the end and still try to honor those who had died.

Expand filter menu Content Warnings
The Moonshine Shack Murder by Diane Kelly

Go to review page

funny lighthearted mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? No

3.5

 The Moonshine Shack Murder is the first book from Southern Homebrew Mystery and also the first Diane Kelly's book that I'd read. I buy the book because the cover is charming and actually the story also have its charm as well although some of its weakness were apparent. While Moonshine Shack cross all the cozy mysteries trope, the book also manage to subvert some trope such as the detective that handle the case is a Africa-American woman in her fifty-ish. The love interest is part of law enforcement too though, although he's an officer and apparently his great grandfather was a sherrif that caught the heroine's great grandfather who was a bootlegger.

The mystery is pretty solid and actually our heroine Hattie Hayes is not bad herself. She seems positive without too much sunshine (aka grating my nerves) and kinda business savvy. Although, if I read some of the reviews, I agree that Hattie's decision to share free jar and jug of moonshine in her opening party to local business owner kinda hard to believe although I think Hattie did it because of "to make money, you must spent money in order to do a marketing". But when Hattie didn't installed a camera system for her store, I just kinda face palm. Like, girl, why no security camera? I think maybe because of plot, because with the lack of camera system in the outside of store, Hattie can't caught the murderer that kill the Limerick's owner, a local bar and therefore Hattie was suspected. 

Anyway, I still enjoy reading this book and also enjoy the relationship between Hattie and her love interest, Marlon Landers. Some of the reviewers state that the way Marlon called Hattie as "little filly" is cringey. I don't get it after I google it and then I was like "ahh, I understand, lol". Yep, it can be a little cringey though, lel. There also some of sexist remark toward Hattie although Hattie try her best to face it. Some of the story can be too mundane to read but overall the mystery still enjoyable and I'm looking forward to see Hattie's moonshine business to shine through.  

Expand filter menu Content Warnings
Origin by Dan Brown

Go to review page

adventurous challenging mysterious tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

3.0

 NANGGUNG

Itulah perasaan yang gue rasakan abis baca Origin. Walau banyak mutual Goodreads yang suka dan menyanjung, tapi review Qui dan Mba Astrid seengganya mewakili apa yang gue pikirkan. Tidak ada yang benar - benar baru dari apa yang ditawarkan Dan Brown pada novel terakhirnya ini karena walau Brown mengulik sebuah pertanyaan yang menggelitik pada dasarnya temanya tuh ya sama aja. Agama vs Sains. Tema yang udah dipake di Angels and Demons (sama plek ketiplek malah), The Da Vinci Code dll.

Tidak cuma tema, tapi arketipe dasar dari novel - novel yang ada Robert Langdon ya dipake lagi sama Brown. Topik yang mencengangkan (kali ini tentang teori evolusi dan asal mula), terbunuhnya karakter yang penting (Edmond Kirsch, sang futuris yang mengemukakan teori tentang asal mula kehidupan), tokoh wanita pendamping (Ambra Vidal, yang juga tunangan calon Raja Spanyol), pembunuh fanatik (yang mengingatkan pada Silas di The Da Vinci Code), peran gereja, kejar - kejaran berpacu dengan waktu, jalan - jalan menyelusuri taman, eh museum dan bangunan bersejarah di Spanyol, pencarian password dan kode - kode serta simbol yang sayangnya itu kode dan simbol kayaknya makin sedikit saja. Tak lupa penjelasan panjang lebar sangat scientific yang bikin gue bengong abis baca.

Too ambitious, itu yang gue rasakan dari Origin. Sayangnya ambisi Dan Brown terkesan nanggung. Setelah menggebu - gebu perdebatan sains vs agama dan kali ini juga Edmond itu orangnya atheis, om Brown seakan malu-malu ingin bilang "eh walau aku nulis ini dengan mengecam agama - agama (terutama agama Samawi) dan kesannya sains itu lebih unggul, sebenarnya agama dan sains itu saling melengkapi kok." Yah, persis kayak Angels and Demons. Ini apa Dan Brown udah kehabisan bensin atau ide lagi gue udah ga tahu deh. Penemuan Edmond tentang dua pertanyaan penting "Darimana kita berasal?" dan "Kemana kita akan pergi?" pada akhirnya hanya mengutarakan apa yang sebenarnya sudah pasti arahnya kemana. Jadi bisa dibilang antiklimaks? Ya bisa jadi, meski gue sendiri mengagumi cara - cara Dan Brown mengecam fanatisme agama dan juga pandangan utopianya akan keberlangsungan manusia yang nantinya akan berdampingan dengan teknologi. Apakah yang ditulis sama Dan Brown di Origin akan jadi kenyataan? Apalagi tentang teknologi A.I? Ya bisa jadi sih. Headset konduksi tulang yang dipakai Langdon yang menghubungkannya dengan Winston, A.I cerdas buatan Edmond itu juga sudah sering dipakai sekarang. Tapi apakah visi utopia yang ditulis Dan Brown akan benar - benar TERWUJUD? Mungkin kalau di dunia maju ya gue bisa bilang iya, tapi kalau di negara Konoha, eh, Indonesia mungkin kita akan cemas dulu menuju masa depan :P.

Gue ngerasa Langdon lama - lama berasa kayak Gary Stu, paham segala hal. Gue tahu bahwa Dan Brown menulis Langdon karena dia merasa Langdon itu ya dirinya, tapi Langdon yang aslinya Professor ahli Bahasa dan Simbol tahu - tahu paham fisika itu gue kayak err gimana ya. Jadi berasa serba tahu? Jujur gue lebih pengen lihat Langdon bahas tentang simbol - simbol atau interpretasi lukisan, karya seni, etc. Makanya perjalanannya ke Casa Mila dan Sangrada Familia itu bikin gue merasakan "ah, ini lho yang gue cari dari cerita - cerita Langdon. Jalan-jalannya!" Deskripsi tentang beberapa bangunan sejarah di Spanyol memang sangat kaya dan walau jadi kayak berasa baca wiki untuk beberapa bagian, toh tetap tidak menghilangkan rasa penasaran dan ingin siapa tahu suatu saat bisa kesana. Sayangnya, chemistry Langdon sama sidechicknya terasa kurang. Gue kayak merasa Ambra ada hanya karena situasi saja dan bahkan perasaan Ambra yang tiba - tiba muncul ke Langdon menjelang akhir cerita bikin gue "Apaan nih? Stockholm syndrome kah?"

Sayangnya lagi nih, gue ngerasa buku ini muter - muter ga karuan. Awal Origin itu sangat lambat dan bahkan bikin gue kesal. Presentasi Edmond di awal bahkan memakan hampir seperempat bab yang bikin gue teriak "Janc*k, kapan iki presentasine mulai he???". Oke, I just let my inner jancukism to come out, lel. Baru setelah huru hara dimana Edmond tewas terbunuh (bukan spoiler, emang ada di blurb bukunya), pace cerita mulai cepat. Untuk konspirasinya sendiri ya khas Dan Brown dan twistnya...hmm ga bisa gue bilang brilliant sih. Malah udah kayak ketebak termasuk ke endingnya. Walau menurut gue, cara pelakunya merancang semua kejadian di Origin ini emang agak - agak outlandish.

Jadi, "dari mana kita bermula?" dan "kemana kita akan pergi?" Bagi gue jawabannya cuma satu yaitu "MBUH"; XD. Karena toh setelah berharap ada sesuatu yang spektakuler dari penemuan Edmond, yang gue dapat ternyata penjelasan dari eksperimen yang sebenarnya sudah pernah dilakukan dengan teori - teori yang sudah banyak beredar namun keabsahannya pun masih tanda tanya. Bahkan untuk jawaban "kemana kita akan pergi" menurut gue juga terlalu utopia. Bukannya ga mungkin, bisa aja terjadi, tapi kemungkinannya ya 50:50. Origin ini ditulis 2017 dan sampai sekarang di tahun gue baca buku ini yaitu di 2024, Dan Brown belum mengeluarkan buku baru (selain buku anak - anak yang dia tulis). Infonya sih om Brown lagi menulis kisah Langdon yang baru tapi jujur gue ga terlalu excited buat baca kalau - kalau tema yang diusung masih sama. Masih mengusung sains vs agama dan kecaman serta harapan Om Brown terhadap agama - agama di dunia ini sehingga ga ada yang benar - benar baru.

Semoga aja kalau ada buku baru tentang Robert Langdon, jangan Europe-centric lagi lah Om Brown. Masa kagak bosen bahas tentang negara - negara Eropa mulu sementara kekayaan budaya dari negara lain yang di luar benua Eropa itu buanyaaak banget. 

Expand filter menu Content Warnings
Death by Dumpling by Vivien Chien

Go to review page

lighthearted mysterious medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? No

4.0

I remember back then why I decide to buy Death by Dumpling. One, dumpling is my favorite. Two, the cover is very on point, it's have two of my favorite dishes. And three, any cozy mystery with food on it and Asian culture is a "want to buy" in my list. After I finish reading this book, I'm glad I bought it and give it a chance to buy the following books even at first I don't know if my gambling will paid off.

Just like the title, the poor victim indeed was dead after eating shrimp dumplings while it was known that he had shellfish allergic. Our heroine, Lana Lee, a 27-ish Asian American chick become one of the suspect because she was the delivery girl that deliver the dumpling package to Mr Thomas Feng, the poor victim. The other suspect is the cook from Lana's mother restauran Ho-Lee Noodle and Lana will do everything to clear both her name and the cook's name, Peter Huang. Just like your usual cozy mystery, Lana start to sleuthing together with the help of her best friend, Megan Riley. Of course, she will crossed path with the detective that handle the murder case, Adam Trudeau. Apparently, Det. Trudeau have some slightly romantic interest to Lana while in the other side also warn Lana to mind her own business. Typical. And..just like your usual cozy mysteries titles, the true perpetrator knowing that Lana's sleuthing will sooner or later comes to light and will endanger them. 

Death by Dumpling cross some of cozy mysteries trademark while still manage to entertain and a little bit unique. I like that while this book told entirely from Lana's PoV, her characteristic and attitude are pleasant to read. I admit I don't really like character that come as "girl boss" but end up trying so hard in girlbossing or "woe is me" especially that written toward millennial readers despite I'm myself is millennial. Yeah, Lana just have a bad break up and also got fired so she's now back to help her mother's restaurant, but I really like reading her voice. Girl just want to clear her name and want everything going back to be okay. I like her friendship with Megan and also how they start to sleuthing together although the majority of sleuthing done by Lana herself. Her potential romantic relationship with Det. Trudeau is well written and I like that there's no love triangle.

Just like your usual cozy where everyone knows everyone, the people in the Asian Plaza also know Lana Lee and her family. They might harbor some secrets that hidden in the dark and some of them might be hold a grudge to the late Mr Feng. The sleuthing that Lana done will unraveled some of the secrets while also left some things open unsolved. I like that despite Lana already in her 27-ish, her Mom still nagged her, her older sister also nagged her and the gossip lady (aka Mahjong Matrons) want to know Lana's love life. Very, very typical but also charming and endearing as well. The mystery is solid and the pace also okay. I like that the fonts that this book used also slightly larger so I can comfortably read the physical version. Oh, another reason why Death by Dumpling have 4 stars from me is I like that when Lana finally get the truth about the culprit, she didn't try to cornered the said culprit alone. Phew, that's one of my pet peeve when reading mysteries, though. The main character love to endanger themselves when facing the murderer!

A solid cozy mysteries with foodies theme although the absent of recipes is disappointing, lel. I look forward to more Lana's future sleuthing!

Expand filter menu Content Warnings
The Empress of Ice Cream - Semanis Es Krim by Anthony Capella

Go to review page

challenging informative lighthearted slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 
"Cinta bagai es. Merangkak menyelimutimu, merasuki tubuhmu diam-diam, menghancurkan pertahananmu, menemukan relung-relung paling dalam dagingmu. Tidak seperti panas atau sakit atau terbakar melainkan lebih seperti mati rasa di dalam seakan-akan jantungmu sendiri mengeras, mengubahmu menjad batu. Cinta mencengkerammu, meremasmu dengan kekuatan yang sanggup memecah batu karang atau mengoyak lambung kapal. Cinta mampu mengangkat lempeng ubin yang berat, menghancurkan marmer, melayukan dedaunan di pohon. 

Aku mencintainya, tapi aku tidak akan pernah memilikinya."


Kalau bisa dirangkum dalam satu kalimat, maka buku The Empress of Ice Cream atau yang diterjemahkan jadi "Semanis Es Krim" ini sebetulnya sederhana saja. Sebuah ungkapan yang sudah diketahui banyak orang. Harta. Tahta. Wanita.

Gue sudah baca tiga karya Anthony Capella dan sudah hapal dengan kepiawaiannya memadukan unsur-unsur makanan, sensualitas dan untuk novelnya yang berjudul The Wedding Officer, kejadian sejarah. Jika The Wedding Officer mengambil latar belakang Italia pada WW II dengan tokoh orang Inggris dan Italia, maka The Empress of Ice Cream pun sebenarnya ga jauh berbeda. Hanya saja kali ini timelinenya mundur jauh ke abad 17. Tepatnya di sekitar tahun 1670-an, masa pemerintahan Charles II dari House of Stuart dimana salah satu narasi di buku ini dikisahkan dari sudut pandang pertama sang gundik Raja yaitu Louise de Keroualle. Dari namanya saja udah berasa Prancis banget maka tak heran kalau Prancis pun juga jadi salah satu setting ceritanya, lengkap dengan penceritaan masa kekuasaan Raja Louis XIV dan Istana Versaillesnya yang digdaya.

Lah, katanya Capella nulis tentang makanan? Ya, sabar dulu gaes. Kalau di The Food of Love dan The Wedding Officer fokus pada kulinari Italia, maka di buku ini ya sudah jelas es krim lah primadonanya. Buku ini dimulai dengan catatan editor yang awalnya sih kayak beneran, tapi seiring cerita gue baru ngeh kalau tokoh Carlo Demirco ini benernya karangan Capella aja. Memanfaatkan confectioner tak bernama yang (katanya) memperkenalkan es krim yang awalnya adalah hidangan khusus hanya untuk Raja untuk kemudian akhirnya bisa dinikmati rakyat jelata, Capella memutuskan untuk memberi nama si confectioner ini dengan nama Carlo. Tidak adanya catatan resmi tentang sang confectioner maupun The Book of Ices yang berisi resep - resep buatan Carlo yang menghiasi semua bab yang bercerita dari sudut pandang Carlo membuat Capella dengan bebas mengintepretasikan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Pun dengan karangan tentang buku catatan harian Louise yang entah emang beneran ada atau ngga, maka semua sudut pandang Louise pun diceritakan berdasarkan interpretasi Capella. TAPI karena Louise de Keroualle ini orang yang beneran ada ya maka banyak fakta - fakta sejarah juga orang - orang yang beneran ada seperti saingan Louise dalam merebut perhatian Charles II yaitu sesama gundik bernama Nell Gwynne dan Hortense Mancini. Siap - siap aja googling siapa mereka di wiki yah.

Buku ini mungkin buat beberapa orang sangat vulgar, tapi kalau mengingat kebebasan seksual jaman abad 17 kayaknya gue juga ga heran - heran amat. Orang Inggris sendiri dikisahkan sangat barbar, tapi pembaca melihatnya dari sudut pandang Carlo yang orang Italia dan sudah lama jadi confectionernya Raja Louis XVI di Prancis yang tentunya masih lebih elegan. Pun Louise juga aslinya orang Prancis. Membaca bab - bab dari Louise membuat gue sering bilang "yaelaaah". Untuk wanita yang mengagung-agungkan kemuliaan, pada akhirnya toh Louise menerima nasibnya untuk menjadi gundik (alias royal mistress) Charles II setelah setahun berusaha keras menolak rayuan sang Raja. Louise yang naif, angkuh dan sombong akhirnya bersikap pragmatis karena ambisinya ya diatas segalanya, karena siapa juga yang ga mau jadi wanita yang walau bukan seorang Ratu tapi pendapatnya didengar oleh Charles II bahkan melebihi sang Ratu sendiri. Hal ini bikin gue teringat sama adegan di Dune, dimana Lady Jessica membesarkan hati Chani yang harus rela Paul menikahi Putri Irulan karena Chani punya kedudukan lebih tinggi akibat cinta Paul. Hal itu juga berlaku sama untuk Charles II dan Louise, karena pada akhirnya toh walau Louise jadi wanita yang paling dibenci oleh Inggris saat itu karena dia orang Prancis dan juga Katolik, tetap saja Louis yang mengendalikan Charles II, Raja yang dikenal enggan mengambil keputusan. 

Capella sendiri berusaha menyeimbangkan porsi manuver politik, fakta sejarah dan juga pembuatan es krim. Sejujurnya gue lebih menyukai bab dari PoV Carlo karena membaca proses Carlo membuat es krim itu sangat mengagumkan. Berbeda dengan masa kini yang mana es krim itu gampang aja dibuatnya, di abad 17 segalanya terasa rumit. Penjelasan ilmiah tentang bagaimana es terbentuk dan es krim terbuat sangatlah panjang. Carlo harus melewati banyak trial and error sebelum akhirnya dia bisa membuat es krim yang kita kenal. Di awal - awal sampai pertengahan buku pembaca akan disuguhkan pembuatan minuman dingin seperti cordiale atau sorbet. Untuk sorbet sendiri tekniknya ternyata berasal dari orang Parsi yang juga adalah majikan Carlo pada saat awal cerita. Untuk bahan - bahan yang menjadi dasar es krim tentunya adalah bahan yang pada saat itu langka. Bayangkan aja, harga nanas seharga emas dan cuma boleh dihidangkan untuk Raja. Bahkan Louis XIV sangat menggemari pir yang dikembangkan banyak varietasnya untuk dia aja. Jaman sekarang kita bisa beli nanas 10ribu rupiah dapat banyak atau pir pun ga terlalu mahal. Tapi saat jaman itu? Buah - buahan itu dianggap eksotis dan bahkan lada serta rempah - rempah pun masih mahal, sementara di masa sekarang kita enak aja beli di kang sayur depan rumah.

Kalau kamu berharap buku ini bakal romantis, maka ya siap - siap untuk berpikir sebaliknya. Tokoh - tokoh di buku Capella sebelumnya, The Food of Love dan Wedding Officer mendapatkan happy end mereka. Untuk Carlo dan Louise, mereka mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan apa yang mereka mau. Carlo memang sangat mencintai Louise, mungkin karena sikap Louise yang tangguh pada awalnya, tapi bahkan saat Louise sudah jadi gundik Charles II pun Carlo masih tetep cinta. Gue jadi kasian bacanya tapi ya ungkapan bahwa cinta bisa membutakan itu benar. Walau Louise adalah tokoh wanita yang tangguh dan sudah ciri khas Capella membuat tokoh wanita tangguh serta berpendirian, gue lebih menyukai tokoh Hannah yang seorang pelayan (dan juga pelacur) yang membantu Carlo dalam membuat es krim serta pembuat pai yang lezat. Jika gue bisa bersimpati sama Carlo, maka agak susah untuk berlaku sama pada Louise. Gue ngerasa bagian - bagian Louise rada lebay tapi gue juga salut sama cara Capella menuliskan Louise dari yang awalnya gadis naif nan angkuh menjadi wanita yang berambisi dan menghalalkan segala cara untuk mengamankan posisinya di tanah Inggris. Dikelilingi oleh banyak bangsawan, gundik saingan dan rakyat yang siap kapan saja melihat kejatuhan Louise dari tahta.

Gue jarang baca hisfic dengan unsur makanan tapi Capella dengan piawai menggabungkan keduanya. Sayangnya, The Empress of Ice Cream ini sepertinya buku hisfic dengan tema makanan terakhir yang ditulis Capella (gue belum baca yang The Various Flavor of Coffee) karena Capella sekarang lebih banyak nulis thriller. Padahal gue yakin riset Capella untuk buku ini ga main - main, apalagi setelah Catatan Editor yang rada mengecoh di bagian awal, Capella juga menambahkan Catatan Sejarah di bagian akhir yang emang adalah fakta sejarah. Jadi buku ini mayan cocok kalau kamu suka baca hisfic tentang Kerajaan Inggris di abad 17 dan segala intrik politiknya. Plus, sesuatu hal yang menarik karena di jaman itu gundik tetap dianggap punya kekuatan untuk kemudian peran ini dipandang tercela di era modern.

Yang jelas, habis baca buku ini, gue jadinya ngiler pengen makan es krim :9 

Expand filter menu Content Warnings
Tidepool by Nicole Willson

Go to review page

dark mysterious tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

 Tidepool is the first Nicole Wilson's book I'd read and I remember back then I bought the ebook because it was on sale. The concept itself was pretty unique for me because I'm not that familiar with Lovecraftian horror and I always searching for an interesting take of horror books.

I'm agree with some reviews that state for a historical fiction, the prose feels modern. I'm almost hesitant to continue to read when I think the main character will be Henry, a man that had unwelcome thought toward Ada Oliver, a wealthy widow in Tidepool. But, the main character is actually Henry's sister named Sorrow who come to Tidepool to search for Henry because he suddenly disappear. While the story told from Sorrow's third PoV, Wilson also write some of Ada's PoV and hers was told in first PoV. From Ada's PoV we will get what actually happen in Tidepool and why Ada become like who she is and how her brother, Quentin also affected.

While the gothic vibe was well written, I'm getting annoyed with how Wilson write that Sorrow can't leave Tidepool with what I said "coincidence", lel. It's like the world (or the outer Gods?) working against Sorrow! The mystery regarding the entity that surround Tidepool also got revealed early. But, I did like with what happen to Tidepool in the end and how Sorrow, Ada and Quentin's fate intertwined. To be honest, I like Ada better than Sorrow, lel

Not bad for a debut novel, but not that good either. A decent read if you like a horror (that in my opinion not that scary!) with Lovecraftian monsters. 

Expand filter menu Content Warnings
Toko Jajanan Ajaib Zenitendo 2 by Reiko Hiroshima

Go to review page

hopeful inspiring lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 Masih sama sih pesannya dengan buku pertama yaitu  BACALAH SYARAT DAN KETENTUAN YANG BERLAKU , yang sayangnya untuk beberapa bagian cerita pesan itu tidak diindahkan oleh penerima jajanan Toko Zenitendo yang akibatnya ya bisa ditebak sendiri seperti apa.

Premis buku dua masih sama dengan buku satu, yang membuat gue mikir buku - buku Zenitendo seperti manga yang berisi chapter - chapter yang awalnya diterbitkan di suatu majalah sehingga ceritanya seakan berdiri sendiri satu sama lain walau ada juga cerita yang masih ada hubungannya dengan cerita dari buku satu. Seperti yang udah gue bilang di awal terkait S&K berlaku, maka beberapa penerima jajan di buku ini ya ada yang mendapat hikmahnya dan ada juga yang mendapat "hikmah"nya alias kena sial. Mungkin Hiroshima sensei ingin menyampaikan pesan "tabur tuai", apa yang kamu tabur (alias kerjakan) ya itu yang kamu dapat. Sama juga dengan pesan agar jadi orang agak tidak serakah. Secukupnya saja.

Dari semua cerita jajanan di buku ini, favorite gue adalah Teh Jamuan Tamu. Ceritanya sendiri dari sudut pandang seorang wanita umur 43 tahun yang kesepian. Gue emang introvert dan agak capek kalau banyak interaksi tapi gue memahami perasaan Midori yang menjadi tokoh utama di bab Teh ini. Menyenangkan membaca kisahnya bertemu beberapa orang dari teh yang diseduhnya dan akhirnya pun Midori mendapatkan kebahagiaan. Untuk kisah Dokter Permen Soda juga menggemaskan!

Gue tetep akan rekomendasikan Zenitendo buat bacaan yang ga cuma bisa dibaca anak - anak, tapi juga sama orang dewasa. Karena kisah dan pesan moral di dalam cerita-ceritanya sendiri memang sifatnya universal.