A review by tsamarah
Memorial Perfume Shop by Jin Seolla

challenging dark emotional inspiring lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Memorial Perfume Shop merupakan novel karya penulis asal Korea Selatan bernama Jin Seolla yang menceritakan tentang berbagai macam petualangan sang manajer toko Jin Doo Ri dan ahli parfum muda Joyful dalam meracik perfume stone untuk klien yang ingin menuangkan kerinduan mereka terhadap orang-orang yang telah tiada.

Jika ditilik sekilas, premis kumpulan cerita dalam satu toko magis itu memiliki atmosfer yang menyerupai Before the Coffee Gets Cold karya Toshikazu Kawaguchi. Akan tetapi, novel ini memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan alur ceritanya dari novel-novel sepantarannya. Salah satunya adalah menjadikan Doo Ri dan Joyful sebagai karakter aktif sedari awal cerita alih-alih sebatas medium pembuat ramuan parfum dan penyiar kisa hidup, serta memori antara orang yang sudah meninggal dan ditinggalkan. Tidak hanya itu, presensi karakter mereka diperkuat dengan diberikannya masing-masing backstory untuk mendalami lebih lanjut kisah mereka sebelum mencapai titik di mana mereka berdua akhirnya dihidupkan kembali untuk mengoperasikan toko parfum tersebut.

Gaya penulisan yang disuguhkan memiliki dinamika yang interaktif, mampu membawa pembaca terbuai dengan perasaan yang berkecamuk selama mengarungi setiap petualangan yang dialami oleh Doo Ri dan Joyful. Penulisan yang tidak terlalu kompleks dalam diksi tersebut membuat keseluruhan cerita dapat dipahami dengan baik oleh pembaca, termasuk di antaranya tentang Memorial Perfume Shop itu sendiri dan bagaimana hubungannya dengan dunia Surgawi. Di sisi lain, unsur yang kurang dari penulisan cerita tersebut adalah pengembangan luas akan world-building yang diperkenalkan; toko racikan parfum tersebut dinyatakan seolah sebagai jembatan terakhir antara duniawi dan spiritual sebelum jiwa yang mati akan betul-betul terputus hubungannya dengan alam fisik, namun, penggambaran tersebut sangat terbatas padahal masih memiliki banyak sisi menarik yang dapat di-eksplor lebih jauh, seperti bagaimana jiwa tersebut terpilih menjadi staf toko, apakah perfume stone hanya untuk-untuk kerinduan terhadap jiwa di Surgawi, dan sebagainya.

Eksplorasi lebih lanjut dapat menjadi sisi menarik dari dunia parfum jiwa tersebut tanpa dirasa seperti berbelit-belit atau membentuk narasi yang melenceng ke mana-mana. Walaupun begitu, bukan berarti tidak ada world-building: Seolla menempatkan dua karakteristik yang dapat dibilang signifikan, namun secara eksekusi memiliki tingkat keberhasilan yang tidak sama. Karakteristik pertama berhubungan dengan peran perfume stone itu sendiri yang tidak hanya menjadi obat penghilang rasa rindu, tetapi mampu menjadi sumber malapetaka bagi orang-orang yang berbahaya atau ingin menyalahgunakan batu tersebut. Eksekusi subplot tersebut berhasil dituliskan dengan nada yang secara tidak terduga cukup dark namun realistis, dipraktekkan langsung dampaknya melalui kerja tangan Joyful sebagai peramu.

Karakteristik kedua berupa subplot mengenai presensi “pemburu perfume stone”, namun sayangnya, bagian ini seolah hanya info buangan yang sejatinya tidak memiliki atmosfer yang sesuai dengan atmosfer novel secara keseluruhan. Akan lebih baik apabila hal ini tidak pernah disinggung oleh penulis agar novel ini tidak memiliki cabang yang tidak berkesinambungan.
Berpindah ke karakter-karakternya, Doo Ri dan Joyful merupakan karakter yang menghibur sekaligus juga menjadi refleksi bagaimana kita memperhatikan kemanusiaan; Doo Ri memiliki sosok keibuan yang kuat dalam dirinya, terlihat dalam bagaimana ia memperlakukan Joyful maupun klien yang datang tanpa membeda-bedakan. Joyful sendiri merupakan personifikasi rasa sesak dan kekecewaan yang kini lambat laun diberikan kembali kelembutan hatinya—khususnya karakter ini, perjalanan karakternya dari seorang yang skeptis dan cenderung mengisolasikan diri dari bercengkrama lebih lanjut dengan manusia lainnya menjadi seorang yang mampu mengapresiasi bahwa masih ada sisi baik manusia itu merupakan perkembangan karakter yang paling bersinar dalam novel ini. Secara tidak langsung, dengan kuatnya ilustrasi karakter Yful ini, novel ini merupakan kumpulan cerita yang datang dari mata dan hati Yful.

Tidak hanya itu, klien-klien yang ditampilkan banyak memiliki kepribadian yang beragam dengan masalah dan perjuangannya masing-masing. Kehadiran para pelanggan toko di-fleshed out cukup apik, terutama mengenai latar belakang dan tujuan mereka, sehingga dapat menunjukkan arti “ketulusan” yang tiap-tiap klien ingin tampakkan agar keinginan mereka terpenuhi. Interaksi para klien dengan Doo Ri dan Joyful yang komunikatif membuat setiap cerita tidak terlihat monoton dan membosankan, serta memberikan plot twist tidak terduga yang semakin membuat pembaca penasaran.

Jika ditanya cerita mana yang paling mengesankan hati, jawaban saya ada dua: cerita mengenai pemilik anjing dan anjingnya yang ditinggalkan, serta cerita tentang seorang ibu yang mengharapkan anaknya kembali. Cerita yang pertama adalah kisah yang paling mengharukan di antara kisah-kisah dalam toko parfum tersebut, sedangkan cerita kedua memiliki perasaan yang kompleks antara haru, marah, dan simpati terhadap naasnya kisah karakternya.

Akhir kata, terlepas beberapa kritik atas salah satu unsur intrinsik novel tersebut, Memorial Perfume Shop merupakan novel yang menggambarkan sifat, keinginan, keegoisan manusia dengan kemasan yang cantik dan apik, yang mampu membuat emosi pembaca membuncah ketika mengikuti setiap kisahnya. Buku ini direkomendasikan bagi pembaca yang ingin mencari cerita ringan namun memiliki makna yang berarti dengan unsur magis dalam suasana urban dan karakter-karakter yang terbilang relatable.
1 

Expand filter menu Content Warnings