Scan barcode
A review by kaizenkai
A Good Girl's Guide to Murder by Holly Jackson
4.0
Jujur, saya sempat underestimate dengan karya Mba Jackson ini. Bagaimana tidak, pace nya terasa cukup lambaaaat. Tapi ajaibnya, semakin dibaca, semakin bikin ngga mau berhenti membaca!
Bercerita tentang seorang siswa SMA—Pippa Fitz Amobi—yang mengambil kasus pembunuhan dan hilangnya seorang gadis bernama Andrea—Andie—Bell sebagai bahan penelitian proyek akhirnya, AGGGTM sukses memberi saya bertubi-tubi plot twist.
Dengan rasa keadilan dan kebenarannya yang tinggi, Pip—dibantu oleh Ravi—ngga hanya menjadikan proyeknya sebagai proyek akhir biasa, namun kegiatannya ini menjadi misi pribadi untuk membuktikan kalau Sal—pacar Andie—bukanlah pembunuhnya.
AGGGTM ini juga sukses mengajak saya berpikir tentang pola pembunuh, motifnya, dan tentunya suudzon dengan banyak tokoh wkwk. Di sisi lain, saya mengacungi keberanian dan keoptimisan Pip dalam membongkar rahasia-rahasia gelap yang terhubung dalam kasus Andie Bell ini.
Walaupun begitu, untuk ukuran anak SMA, saya agak skeptis..apakah seorang anak SMA bisa secakap itu menjadi detektif amatir—jujur, agak kurang realistis tapi ngga bohong kalau saya menikmati tiap jalan cerita yang dibawakan!
Ohya, interaksi antara Pip dan Ravi—adik Sal—juga bikin saya gemas dan kadang cekikian sendiri—menyentil jiwa single ini haha. Thumbs up juga untuk penulis, karena melalui AGGGTM pembaca dapat mengeksplorasi isu-isu dan stereotip yang dialami generasi muda. Yah, walau mungkin memang lebih relevan dengan generasi muda di sana ya.
Mba Holly yang ngga hanya menarasikan AGGGTM, tapi juga menuangkan dalam bentuk catatan dan wawancara cukup membuat saya merasa sedang ikut terjun langsung dalam investigasi—kadang juga merasa seperti lagi nonton CSI. Bedanya di AGGGTM polisinya juga diselidiki karena terhitung sebagai tersangka wkwk.
Namun, agaknya saya sedikit kurang puas dengan bagaimana penyelidikan Pip dan Ravi berakhir—seperti kurang ‘masuk’ dan bikin narik napas aja. Entah mengapa, juga menimbulkan kesan kalau polisi justru kalah dengan anak SMA.
Terakhir, hikmahnya emang beneran dapet sih. Dan banyak! Terutama tentang jangan ambil kesimpulan dan main hakim sendiri.
Bercerita tentang seorang siswa SMA—Pippa Fitz Amobi—yang mengambil kasus pembunuhan dan hilangnya seorang gadis bernama Andrea—Andie—Bell sebagai bahan penelitian proyek akhirnya, AGGGTM sukses memberi saya bertubi-tubi plot twist.
Dengan rasa keadilan dan kebenarannya yang tinggi, Pip—dibantu oleh Ravi—ngga hanya menjadikan proyeknya sebagai proyek akhir biasa, namun kegiatannya ini menjadi misi pribadi untuk membuktikan kalau Sal—pacar Andie—bukanlah pembunuhnya.
AGGGTM ini juga sukses mengajak saya berpikir tentang pola pembunuh, motifnya, dan tentunya suudzon dengan banyak tokoh wkwk. Di sisi lain, saya mengacungi keberanian dan keoptimisan Pip dalam membongkar rahasia-rahasia gelap yang terhubung dalam kasus Andie Bell ini.
Walaupun begitu, untuk ukuran anak SMA, saya agak skeptis..apakah seorang anak SMA bisa secakap itu menjadi detektif amatir—jujur, agak kurang realistis tapi ngga bohong kalau saya menikmati tiap jalan cerita yang dibawakan!
Ohya, interaksi antara Pip dan Ravi—adik Sal—juga bikin saya gemas dan kadang cekikian sendiri—menyentil jiwa single ini haha. Thumbs up juga untuk penulis, karena melalui AGGGTM pembaca dapat mengeksplorasi isu-isu dan stereotip yang dialami generasi muda. Yah, walau mungkin memang lebih relevan dengan generasi muda di sana ya.
Mba Holly yang ngga hanya menarasikan AGGGTM, tapi juga menuangkan dalam bentuk catatan dan wawancara cukup membuat saya merasa sedang ikut terjun langsung dalam investigasi—kadang juga merasa seperti lagi nonton CSI. Bedanya di AGGGTM polisinya juga diselidiki karena terhitung sebagai tersangka wkwk.
Namun, agaknya saya sedikit kurang puas dengan bagaimana penyelidikan Pip dan Ravi berakhir—seperti kurang ‘masuk’ dan bikin narik napas aja. Entah mengapa, juga menimbulkan kesan kalau polisi justru kalah dengan anak SMA.
Terakhir, hikmahnya emang beneran dapet sih. Dan banyak! Terutama tentang jangan ambil kesimpulan dan main hakim sendiri.