A review by tsamarah
Ibu Tercinta - Please Look After Mom by Kyung-sook Shin

emotional inspiring lighthearted reflective tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Ada suatu pernyataan yang masih cukup terpatri dalam otak saya, yaitu tentang bagaimana seorang perempuan akan kehilangan jati dirinya apabila telah berumah tangga dan memiliki anak. Pernyataan tersebut bukan sesuatu hal yang saya percaya pada awalnya, terutama ketika saya melihat Ibu saya yang mampu menyeimbangkan kehidupan rumah tangga dan sosial. Namun, beberapa waktu belakangan, saya mulai menyadari bahwa keseimbangan itu butuh pengorbanan yang besar, dan pernyataan tersebut ada benarnya. Sehingga saya pun berpikir: seberapa besar saya mengenal perempuan dalam keluarga saya yang saya sebut sebagai "Ibu" itu?

Please Look After Mom, sebuah karya introspektif yang ditulis oleh Shin Kyung-sook, mengulas bagaimana peran perempuan di luar sosoknya sebagai seorang istri dan ibu dalam keluarga. Cerita tersebut dibuka dengan hilangnya Park So-nyo, seorang ibu dari desa yang sedang berkunjung ke Seoul bersama sang suami untuk melihat anak-anak mereka. Sang suami tanpa sadar meninggalkan So-nyo di peron Stasiun Seoul, dan ketika sadar, perempuan tersebut sudah menghilang. Seiring dengan pencarian sang ibu oleh dua dari empat anaknya, yaitu Hyong-chol dan Chi-hon, masing-masing anggota keluarga dihantam kembali oleh memori-memori tentang sosok ibu mereka—bagaimana ia telah merawat, menjaga, dan berusaha untuk mempertahankan keluarga utuh, namun mereka baru menyadari hal itu sekarang.

Novel ini hanya memiliki empat bab dengan satu epilog, yang keseluruhannya terbagi dari beberapa perspektif karakter: bab pertama dibuka oleh narasi dari Chi-hon, anak ketiga dari empat anak So-nyo sekaligus anak perempuan tertua dalam keluarga tersebut. Kemudian, diikuti oleh Hyong-chol, anak tertua dalam keluarga So-nyo, pada bab kedua. Bab ketiga merupakan suara sang suami, yang tidak diberikan nama oleh Kyung-sook, lalu bab empat yang menggunakan pandangan dari sang ibu yang sedang menghilang. Terakhir ditutup kembali oleh Chi-hon.

Kyung-sook menghadirkan beberapa komentar sosial mengenai peran ibu dalam novel ini, salah satu di antaranya adalah proyeksi seorang ibu untuk "menemukan" kesuksesan melalui tumbuh kembang anak sampai ke titik keberhasilan secara sosial maupun ekonomi, serta kurangnya apresiasi dan pengertian terhadap seorang ibu sebagai perempuan dan seorang manusia. Kedua tema tersebut dibawakan secara apik, menggugah empati dan emosi pembaca untuk ikut serta memikirkan kembali hubungan kita sendiri bersama dengan ibu kita. Kyung-sook betul-betul menekankan konsep "memahami maknanya ketika seseorang atau sesuatu itu sudah tiada" dengan menelaah psikis Hyong-chol, Chi-hon, dan sang suami secara perlahan hingga momen mereka merasakan kehilangan tersebut samat mendalam.

Dalam penulisannya, Kyung-sook menampilkan sudut pandang yang unik, yaitu menggunakan campuran sudut pandang antara sudut pandang orang pertama dan orang kedua, yang menghasilkan sebuah cerita dengan nada yang juga memiliki intonasi berbeda: ketika cerita diposisikan sebagai orang kedua, intonasi nada yang disuguhkan renggang seolah narator hanya berlaku sebagai observator yang tidak memiliki relasi apapun dengan seluruh karakter dalam novel ini namun tetap mengetahui seluruh kepribadian, rasa, dan pikiran para karakter. Lain halnya ketika sudut pandang beralih ke orang pertama, pembaca dapat melihat bagaimana dan mempertalikan reaksi para karakter dengan emosi pembaca.

Penulisan ini sebetulnya cukup sulit untuk diterka, terutama nama-nama karakter tidak terpampang secara langsung dan butuh menelusuri beberapa bab terlebih dahulu untuk mengetahui identitas hampir seluruh karakter, sehingga butuh waktu yang cukup lama untuk mengetahui siapa yang sedang bercerita. Membicarakan pengaruh dari tata penulisan seperti itu, kesulitan mencerna paling dirasakan ketika novel mencapai bab keempat yang memusatkan cerita dari sisi Song-yo. Kesukaran dalam menerka di bab ini terjadi karena seperti ada dua "suara" yang berbicara sehingga narasi menjadi tumpang tindih antara satu sama lain, tidak seperti tiga bab sebelumnya. Padahal, bab ini merupakan bab kunci yang menjelaskan latar belakang dan kisah hidup Song-yo yang mendorongnya menjadi keras terhadap anak-anaknya, namun eksekusinya kurang ajeg untuk menekankan esensi penting itu kepada pembaca.

Di antara seluruh karakter yang berbicara, tidak ada karakter yang betul-betul saya suka atau benci. Bagi saya sendiri, karakter-karakter tersebut merupakan sosok-sosok yang dapat dipertukarkan, baik dari nama, pekerjaan, usia, dan lainnya karena dengan adanya konsepsi introspektif yang dominan dalam novel ini, munculnya karakter-karakter tersebut seolah sebatas personifikasi atas manusia-manusia di dunia nyata yang juga pernah atau sedang mengalami alur hidup yang serupa dengan keluarga So-nyo. Hal ini juga merupakan pengaruh dari sudut pandang yang berlaku seperti pengamat yang digunakan Kyung-sook dalam penyusunan narasinya.

Menuju ke epilog, bagian ini adalah bagian yang menurut saya akan mengundang berbagai macam tanggapan yang berbeda. Namun, menurut saya, epilog ini justru sempurna untuk menutup kisah ini yang tetap konsisten dalam tujuan Kyung-sook untuk mengubah pandangan kita terhadap sosok ibu.

Dengan begitu, apakah Please Look After Mom merupakan buku yang direkomendasikan? Tentu direkomendasikan untuk pembaca yang suka mencari kisah slice-of-life seperti ini atau terjemahan buku-buku penulis asal Korea Selatan, tetapi tetap disarankan agar memiliki pikiran yang tenang sebelum memulai membaca karena cerita yang disampaikan bukan sesuatu hal yang dapat dicerna secara mudah.

 

Expand filter menu Content Warnings