The boy, the mole, the fox and the horse memiliki cerita yg sederhana, tapi seringkali kita lewatkan atau abaikan sbg manusia dewasa. Penulisnya, Charlie Mackesy mengatakan dlm kata pengantarnya bahwa sebenarnya buku ini untuk semua orang, baik itu anak-anak berumur delapan tahun maupun lansia berumur delapan puluh tahun, karena kadang memang umur hanyalah angka dan kadang sifat kita bisa di antara kekanak-kanakan ataupun terlalu skeptis seperti orang tua tulen.

Aku merasa bahwa aku bisa membaca buku iki berulang kali. Di setiap percakapan antara karakternya selalu terasa magis dan sangat menenangkan. Dan setiap pertemuan "the boy" dengan karakter lainnya selalu menghasilkan makna yg dalam dan pasti diselipkan tentang betapa pentingnya menjadi orang yang baik dan tulus di dunia yg keras ini. Terutama berbaik hati pada diri sendiri, belajar memaafkan diri sendiri, dan lebih menghargai diri sendiri. Oh, satu lagi, jangan takut untuk meminta bantuan (karena seperti yg biasa dipikirkan, meminta bantuan memerlukan keberanian).

The boy merupakan karakter yg memiliki banyak pertanyaan, the mole merupakan si tikus yg terobsesi dengan kue, the fox merupakan karakter rubah yg pendiam, dan the horse merupakan karakter kuda yg bijaksana dan berhati lembut. Perbedaan tiap karakternya justru membentuk persahabatan yg hangat dan manis. Cerita heartwarming semacam ini menurutku justru cerita yg tak akan lekang oleh waktu. Secara personal, aku sangat merasa dekat dan seperti ikut dalam pusaran persahabatan mereka yg hangat.

Selain memuat cerita yg hangat, ilustrasi bukunya juga unik dan cantik. Gambar-gambar yg didominasi warna hitam putih dan seperti goresan abstrak nan kasar tetap mampu memberikan kesan yg memukau dan sentuhn lembut kpd para pembacanya. 

Dan sedikit informasi tambahan, buku ini sudah diangkat menjadi film animasi yg tayang di Apple TV+ dan rilis sejak tanggal 24 Desember 2022.